Ketika mengungkap sejarah Desa Payung tidak terlepas dari pengungkapan sejarah Desa
Sindangpano, karena Desa Payung merupakan pemekaran dari Desa Sindangpano. Desa
Sindangpano sendiri dulu dikenal dengan nama Desa Koleberes, sedangkan Desa
Payung merupakan Kampung Tarikolot cantilan Desa Koleberes. Adapun wilayahnya
sangat luas meliputi enam desa pada saat ini, yakni : Desa Babakan Kareo, Desa
Singawada, Desa Sindangpano, Desa Bantaragung, dan Desa Sadomas.
Sejarah
Desa Payung tidak terlepas dari perjalanan Dua Budak (sebenarnya orang tua yang
kerdil) yang mengiringi seorang utusan sunan gunung jati Cirebon menuju ke
pertemuan para wali di puncak gunung ciremai. Ketika rombongan tiba di
Koleberes, mereka berhenti untuk beristirahat dibawah sebuah pohon beringin
yang sangat rindang. Sambil beristirahat mereka bermusyawarah merencanakan apa
yang akan ditempuh atau diperbuat. Setelah melepas lelah mereka melanjutkan
perjalanan, tanpa disadari sebuah “payung” tertinggal ditempat mereka beristirahat
(hingga sekarang payung tersebut menjadi batu/batu payung yang terletak di
Cilengkeng). Dua Budakpun akhirnya menangis disebuah tanjakan,. Saking kerasnya tangisan suaranya
mirip “Bangbara” dan tanjakan tersebut kini dikenal dengan nama tanjakan Sibangbara.
Rombongan pun akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil payung yang tertinggal,
mereka lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan. Tiba disuatu tempat,
rombongan berhenti dan kedua budak disuruh menunggu, sementara utusan sunan
melanjutkan perjalanan tanpa mengikutsertakan kedua budak. Kesetiaan kepada
tuan, membuat dua budak tak beranjak dari tempat dimana tuannya
meninggalkannya. Hari berganti hari penantianpun tak kunjung pasti karena tuan
tak pernah kembali. Sampai pada suatu hari, dua budak tersebut nurus atau
amblas kedalam perut bumi, kejadian tersebut tidak lepas dari perhatian pembuat
gula aren. Tempat tersebut diberi ciri atau tanda dan sampai sekarang tempat
tersebut dikenal dengan nama Kabuyutan Budak Dua.
Seiring
dengan perputarannya waktu, penguasa koleberes pun berganti. Pada masa kuwu
koleberes dijabat oleh Demang Abdurrahman, adiknya bernama Demang Abdurrahim
berkeinginan untuk memiliki daerah kekuasaan tersendiri lepas dari koleberes.
Atas kebijakan Demang Abdurrahman, keinginan itu diluluskan untuk menentukan
batas wilayahnya sendiri. Nama wilayah yang akan dipimpin Kiai Haji Demang
Abdurrahim diberi nama “Desa Payung” sebagai peringatan kepada Payung yang
tertinggal oleh budak dua. Sedangkan Koleberes diganti namanya menjadi Sindangpano
yang berarti tempat singgah dan musyawarah yang diambil dari tempat rombongan
Dua Budak beristirahat.
Ketika
Revolusi kemerdekaan berlangsung, Desa Payung merupakan basis TNI dan di desa
ini pula terjadi penyerahan tentara Belanda kepada TNI. Karenanya Desa Payung
dikenal juga dengan sebutan “Jogja Kecil”.
Berikut
ini adalah orang-orang yang pernah menjabat kuwu di Desa Payung dari sejak
berdiri sampai sekarang :
- KH. Demang
Abdurrahim
- …………………………………..
- …………………………………..
- Ngabihi
- Emuk
- Nurkasan
- Madrapi
- Murtawi
- Jaya sentana
- Eni Sukaeni (1920-1941)
- Akrab Suta Atmaja
- Kosim
- P Saryadi
- O. Jumaedah
- Nono Suparno
- Rakhmat
- Jamsa